
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
telah memulai pendirian ISBI di empat wilayah, yaitu di Aceh, Kalimantan
Timur, Sulawesi, dan Papua. Pelaksana tugas (Plt) Staf Ahli Mendikbud
Bidang Budaya dan Psikologi Pendidikan, I Wayan Rai mengatakan, proses
pendirian ISBI Papua merupakan yang tercepat dibandingkan ISBI lainnya.
“Prasasti pendiriannya sudah ditandatangani Pak Menteri (Mendikbud)
April kemarin,” katanya usai acara serah terima aset ISBI Aceh dan
Institut Teknologi Kalimantan di kantor Kemdikbud, Jakarta, (21/3/2014).
Wayan mengatakan, pendekatan yang paling tepat
dilakukan saat membicarakan rencana pendirian ISBI dengan masyarakat
setempat adalah dengan pendekatan dari hati ke hati, dan pendekatan seni
budaya. Saat melakukan focus group discussion (FGD) dengan
masyarakat setempat, Wayan juga menjelaskan kebijakan kementerian
mengenai alasan pendirian ISBI, salah satunya tentang keinginan dan
potensi Indonesia menjadi negara adi daya budaya dunia.
“Kita kan negara adi daya budaya. Ini yang harus kita bangun, melalui kearifan-kearifan lokal,” ujarnya.
Pendirian empat ISBI dilakukan dengan adanya
pendampingan dari Institut Seni Indonesia (ISI). ISI Padang Panjang
ditugaskan mendampingi pendirian ISBI Aceh, ISI Yogyakarta untuk ISBI
Kalimantan Timur, ISI Surakarta untuk ISBI Sulawesi dan ISI Bali untuk
ISBI Papua. Pendampingan ini, jelas Wayan, bukan untuk membawa atau
memindahkan ISI yang ditugaskan mendampingi, ke ISBI yang akan
didirikan, karena setiap wilayah memiliki kearifan lokal dan budaya yang
beragam.
“Kita hanya menjembatani terbangunnya potensi yang
ada di sana. Nanti setelah (ISBI) sudah jadi, dan bisa dilepas, mereka
(masyarakat setempat) yang lebih tau,” tutur Wayan. Ia menambahkan,
Kemdikbud juga mengajak seniman-seniman lokal untuk mengembangkan
kurikulum di ISBI, dengan tetap berpedoman pada garis besar kurikulum
yang sudah ditetapkan kementerian.
Selain mendukung keinginan dan potensi Indonesia
menjadi negara adi daya budaya, pendirian ISBI juga bertujuan supaya
ISBI bisa menjadi salah satu sarana pengembangan warisan budaya bangsa,
dan menghasilkan sarjana seni dan budaya yang peka dan tanggap terhadap
masalah sosial, budaya, etika, moral, dan akademis. (Desliana Maulipaksi)