 Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Kemdiknas) Berubah Jadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia( Kemdikbud).
Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Kemdiknas) Berubah Jadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia( Kemdikbud). Perubahan ini resmi setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melantik kabinet hasil Reshuffle pada rabu 19 Oktober 2011 pagi, di Istana Negara, Jakarta.
Sesuai Keppres No.59/P/Tahun 2011, Mendiknas Mohammad Nuh resmi berganti jabatan menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Kepemimpinannya di Kemdikbud dibantu dua wakil menteri, yaitu Musliar Kasim untuk bidang pendidikan Wiendu Nuryanti untuk bidang kebudayaan.
Proses  pembudayaan termasuk bagian dari pendidikan.  Menteri  Nuh menyebut ada  tiga hal yang akan dilakukan terhadap budaya yaitu  konservasi,  pengembangan, dan sebagai diplomasi kultural. 
Berikut berita yang dirilis resmi oleh www.kemdiknas.go.id
Jakarta --- Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menyampaikan, Kementerian Pendidikan Nasional akan berubah menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Dalam mengemban tugasnya, Mendiknas akan mendapat satu tambahan wakil menteri yang membidangi kebudayaan. "Besok (Selasa), Insya Allah kemungkinan beliau (Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono) akan mengumumkan adanya perubahan. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata akan berubah menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sedangkan di sini berubah jadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," kata Menteri Nuh ketika memberikan keterangan pers di Kemdiknas, Jakarta, Senin (17/10).
Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam audiensi dengan para calon wakil menteri di rumah pribadinya Puri Cikeas Indah, Bogor, Sabtu (15/10/2011) malam, menunjuk Profesor Arsitektur Universitas Gadjah Mada, Wiendu Nuryanti, untuk menjabat wakil menteri bidang kebudayaan Kementerian Pendidikan Nasional.
Mendiknas  mengatakan, saat ini di Kementerian  Kebudayaan dan Pariwisata  (Kembudpar) ada dua direktorat jenderal yang  mengurusi bidang  kebudayaan. Nantinya, kata Menteri Nuh, akan digabung  menjadi satu  yaitu menjadi Direktorat Jenderal Kebudayaan. "Kantornya di  sini  (Kemdiknas)," katanya.  Mendiknas menyampaikan, Kembudpar saat ini juga  menerima anggaran  fungsi pendidikan. Nantinya, anggaran tersebut akan  dialihkan. " Saya  baca di draft (anggarannya) Rp260 miliar,  tetapi yang  penting bahwa kebudayaan tidak bisa dilepaskan dari  pendidikan, sehingga  tidak ada perdebatan anggaran pendidikan dipakai  yang lain," katanya. 
Menurut  Mendiknas, proses pembudayaan termasuk bagian dari pendidikan.  Menteri   Nuh menyebut ada tiga hal yang akan dilakukan terhadap budaya yaitu   konservasi, pengembangan, dan sebagai diplomasi kultural. "Pendidikan   jangan hanya diartikan matematika, fisika, kimia, dan biologi.   Pendidikan itu hakikatnya memanusiakan manusia termasuk di dalamnya menghargai produk-produk budaya kita," katanya. (agung)
Menteri  Nuh mengatakan, ada tiga tujuan utama yang  ingin dicapai Kementerian  Pendidikan dan Kebudayaan. “Yang pertama  adalah ingin nilai-nilai  budaya melekat dalam proses pendidikan kita,”  ujarnya ketika menggelar  jumpa pers di Gedung A Kemdikbud, Rabu siang,  (19/10).
Kedua, Kemdikbud ingin menumbuhkan kecintaan anak-anak Indonesia   terhadap nilai-nilai budaya. Ia memberi contoh apresiasi anak-anak   terhadap museum. Menurutnya, kehadiran museum belum bisa menjadi daya   tarik bagi anak-anak untuk mempelajari sejarah atau nilai budaya.   “Museum belum bisa memunculkan nilai atraktif”.
Tujuan  yang terakhir, Kemdikbud akan berusaha menggali  warisan budaya yang  belum ditemukan. Saat ini, warisan budaya Indonesia  yang telah diangkat  menjadi warisan budaya dunia antara lain batik,  wayang, keris dan  angklung. Untuk ke depannya, diharapkan akan bertambah  warisan budaya  Indonesia yang dikenal masyarakat dunia. 
Adapun  Musliar Kasim mengatakan, penyatuan visi  pendidikan dan kebudayaan ke  dalam satu kementerian harus bisa saling  mengisi. “Anak didik harus  punya kecerdasan yang baik, tapi juga  memiliki karakter budaya  Indonesia,” tuturnya.
Sedangkan  Windu, yang juga Guru Besar UGM mengatakan,  akan memprioritaskan  terselesaikannya cetak biru pembangunan nasional  kebudayaan. “Tujuan  cetak biru itu   untuk jadi panduan, berisi kebijakan-kebijakan ke depan, 15 atau 20   tahun ke depan.” Dalam cetak biru tersebut akan dijabarkan strategi dan   program-program untuk pembangunan nasional kebudayaan. (Lian). sumber :  www.kemdiknas.go.id 
 
 











